Minggu, 28 November 2010

BERSATU DI ATAS KEMUNGKARAN???

Banyak kaum kaum muslimin, bahkan juga para kiyainya serta ustadznya mereka “alergi” (baca: benci) untuk berbicara atau membahas tentang masalah BID’AH..!

Mereka menyangka bahwa: “bila berbicara bid’ah akan memecah belah ummat..”

Mereka menyangka juga bahwa: “bid’ah adalah masalah khilafiah (perbedaan) biasa.. yg tidak perlu diributkan atau dipermasalahkan…”.

Bukankah justru bid’ah -lah yang menyebabkan perpecahan…?
Dan bukankah bid’ah adalah bentuk khilafiyah yang tidak bisa di tolelir..?



Untuk menanggapi hal ini, mari kita sama-sama memahami:

Pertama: tafsir ayat berikut:
(( وأن هذا صراطي مستقيمًا فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصاكم به لعلكم تتقون ))

((Dan ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa )). [QS. Al An’am: 153]

Berkata Abu Ja’far bin Jarir At Thabariy, dalam tafsirnya (no hadits: 14168), beliau membawakan sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud -radliallahu’anhu- dalam mentafsirkan ayat ini, dengan sanad yang shahih, beliau berkata:
حدثني المثنى قال، حدثنا الحماني قال، حدثنا حماد، عن عاصم، عن أبي وائل، عن عبد الله قال: خطَّ لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يومًا خطًّا فقال: هذا سبيل الله. ثم خط عن يمين ذلك الخطّ وعن شماله خطوطًا فقال: هذه سُبُل، على كل سبيل منها شيطانٌ يدعو إليها . ثم قرأ هذه الآية: وأن هذا صراطي مستقيمًا فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله .

Telah menceritakan kepadaku Al Mutsanna berkata: telah menceritakan pada kami Al Hammani berkata: telah menceritakan pada kami Hammad (bin Zaid), dari ‘Ashim (bin bahdalah) dari Abu Wa’il, dari Abdullah bin Mas’ud, berkata: “ Suatu hari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam menggaris satu garis lurus kepada kami, lalu bersabda: (( Inilah jalan Allah )). Kemudian beliau menggaris-garis kekanan dan kekiri pada garis lurus tersebut, lalu bersabda: (( Inilah Subul -jalan-jalan kesesatan-, dan disetiap satu jalan tersebut ada syetan yang menyerukan kejalan tersebut )). Kemudian beliau membacakan ayat:

((Dan ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jala –Nya))”.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad Darimi, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Qurthubi dalam tafsirnya, dan beliau (al Qurthubi) mengatakan sanad hadits ini shahih. Dan semua ahli hadits yang meriwayatkan hadits ini dengan sanad mereka masing-masing sampai kepada Hammad bin Zaid dari ‘Ashim bin Bahdalah dari Abu Wa’il dari Abdullah bin Mas’ud..

Jika kita gambarkan apa yang telah dibuat oleh rasulullah, adalah seprti "duri ikan".. bayangkan saja seperti itu..

Faidah ayat :

Pertama: Ayat ini adalah perintah tegas kepada manusia untuk mengikuti jalan yang lurus, dan ini dalil yang menunjukan wajibnya mengikuti shirathal mustaqim.
Firman –Nya:
وأن هذا صراطي مستقيمًا فاتبعوه
(( Dan ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia ))

Oleh karena itu, inilah yang kita minta dalam surat Al fatihah yang kita baca pada shalat 5 waktu sehari:
(( Tunjukilah Kami jalan yang lurus ))

Kata Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaah: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar.

Namun sekarang yang menjadi soal adalah:
• Apakah yang dimaksud dengan shirathal mustaqim?
• Dan siapakah yang telah menempuhnya?

Jawabnya :
• Berbeda-beda para mufasir mengungkapkan maksud dari shiratal mustaqim, akan tetapi semuanya jika disimpulkan, kembali kepada ma’na: Islam yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah.

• Orang-orang yang telah mendapatkan hidayah shiratal mustaqim, dan telah berjalan diatasnya sehingga mereka telah mendapatkan kenikmatan dan keridlaan Allah, mereka adalah: para shahabat Nabi dan orang-orang sholeh yang telah mengikuti jejak perjalanan mereka dalam menempuh shirathal mustaqim.

Perhatikanlah Firman –Nya:
(( (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka )) [Al Fatihah]

Dan Allah Ta’ala sendiri yang menjelaskan ciri-ciri dan gelar orang-orang yang telah mendapatkan kenikmatan dari –Nya, dalam surat An Nisa:

(( Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya )). [QS. An Nisaa: 69]

Orang-orang yang pertama kali mendengar, menjawab/mengamalkan, dan mendapatkan ganjarannya apa yang tertulis dalam ayat ini adalah para shahabat Nabi shalallhu’alaihi wasallam.

Uraiannya adalah sebagai berikut:
• Manusia yang pertama kali yang mentaati segala perintah Allah dan Rasul –Nya adalah para shahabat Nabi.

• Orang yang pertama kali mendapatkan gelar AS SIDDIQ dari kalangan shahabat Nabi adalah Abu Bakar -radliallahu’anhu-.

• Secara umum para shahabat Nabi adalah para syuhada (orang-orang yang berjuang di jalan Allah) dan merekalah yang paling pantas mendapatkan gelar ASY SYAHID.

• Dan juga secara umum para shahabat adalah orang-orang sholeh, hanya saja gelar ASH SHOLIHIN masih terbuka bagi siapa saja yang mau mengikuti jejak perjalanan para shahabat Nabi dalam beragama..

Ringkas kata "Shirathal Mustaqim" (Jalan yang lurus) adalah jalannya para shahabat Nabi yang mereka itu adalah pendahulu dari ummat ini yang sholeh (SALAFUS SHOLEH).

Oleh karena itu dalam ayat ini [QS. Al An’am: 153] dalil yang menunjukan wajibnya mengikuti jejak shahabat Nabi (salafus sholeh).

Faidah ke-dua: Larangan mengikuti subul (jalan-jalan) kesesatan yang membawa perpecahan, yakni yang membawa keluar dari sabilullah (jalan Allah) shirathal mustaqim.
Firman –Nya:
(( dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan –Nya )).

Al Imam Al Qurthubi -rahimahullah- menukil tafsir dari Ibnu Abbas -radliallahu’anhu-, berkata tentang kalimat: Jalan-jalan, yaitu:
هي الضلالات
(Kesesatan-kesesatan)

Dan dari Al Imam Mujahid, seorang ulama mufassir dari kalangan tabi’in yang mentafsirkan:

“البدع والأهواء والشبهات “
(Bid’ah-bid’ah, Hawa nafsu dan Syubhat-syubhat).

Berdasarkan ayat beserta tafsirnya dari mufassirin –rahimahumullah- diatas, dapat kita ketahui bahwa yang menyebabkan perpecahan ummat dalam agama ini, dan mengeluarkan/menyimpangkan manusia dari jalan Allah adalah " Bid’ah, hawa nafsu dan Syubhat.. "

Allah telah melarang untuk mengikuti nya.

Masalah 1:
Bagaimana bisa dikatakan “orang yang memberikan peringatan kepada ummat agar menjauhi bid’ah dan mengikutii sunnah dianggap memecah belah ummat???”.. apa dasar dalil yang mereka gunakan untuk pernyataan itu?

Sungguh perkataan yang tidak adil..!!

Jika dikatakan: “Bukankah kita diperintahkan untuk bersatu..?!” berdasarkan dalil: Firman Allah:
((dan berpeganglah dengan tali Allah semuanya dan janganlah kamu berpecah belah)) [QS. ].

Kita jawab: 
Pertama: Shahih (dalilnya benar), tapi apakah bersatu dengan membiarkan kemungkaran (BID’AH) dan mencegah yang ma’ruf (meninggalkan bid’ah)..???

Yang kedua: apakah kita akan bersatu diatas kemungkaran (bid’ah)???..

Yang ketiga: bukankah yang dimaksud dengan tali Allah adalah : “Shirathal Mustaqim” (al Qur’an & Sunnah yang memberikan peringatan tegas terhadap BID’AH)..???

Yang keempat: bukankah ummat yang terbaik adalah yang amar ma’ruf dan nahi mungkar.. dan Bid’ah adalah kemungkaran yang besar setelah syirik (menyekutukan Allah)???.

Masalah 2:
Bagaimana bisa dikatakan bahwa perkara bid’ah adalah perkara khilafiyah biasa? Padahal bid’ah adalah perkara yang memecah belah ummat, dan mengeluarkan/menyimpangkan dari jalan Allah..???

Mengapa mereka memutar balik fakta dan perkara..? yang mungkar menjadi ma’ruf dan yang ma’ruf menjadi mungkar..???

Sungguh suatu perkataan yang dzhalim !!! (meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya).

Faidah ke-tiga: Sebagai mana yang disebutkan dalam hadits, disetiap satu jalan kesesatan tersebut ada syetan (dari kalangan manusia) sebagi da’i yang menyerukan kepada jalan tersebut.
Sabda Nabi:
هذه سُبُل، على كل سبيل منها شيطانٌ يدعو إليها
(( Inilah Subul -jalan-jalan kesesatan-, dan disetiap satu jalan tersebut ada syetan yang menyerukan kejalan itu )).

Oleh karena itu jangan heran ketika kita berbicara sunnah yang menjadi lawan bid'ah.. ada yang membencinya.. karena syetan-syetan yang menyeru kepada kesesatan itu merasa terusik dan terganggu.. sehingga mereka membenci da'wah sunnah..

Faidah ke-empat: Kebenaran itu hanya ada satu dan tidak berbilang, yaitu yang mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah denga pemahaman Shahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka -radliallahu’anhum-, sedangkan kesesatan itu banyak. maka telitilah dan perhatikanlah..!

Sekarang banyak mereka yang mengaku-ngaku di atas sunnah.. akan tetapi tersesat dalam memahaminya

Faidah ke-lima: Untuk mencapai derajat taqwa disisi Allah, serta untuk mencapai persatuan ummat, maka wajib bagi seorang muslim untuk mengikuti shirathal mustaqim yaitu Al Qur’an dan As sunnah dengan pemahaman shahabat Nabi shalallahu’alaihi wasallam, dan tidak mengikuti atau melakukan kebid’ahan, tidak mengikuti hawa nafsu, serta tidak mengikuti syubhat.

wallahu muwafiq ila aqwami thariq.
Semoga bermanfaat.. .

Yang senantiasa mengharapkan ampunan Rabb –nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar